10 Masalah Kulit Penderita HIV, Kenali Ciri-Cirinya


masalah kulit penderita HIV, ciri-ciri hiv, gejala hiv, ciri hiv pada kulit, ruam kulit akibat hiv

Klik link di bawah ini untuk mempermudah menemukan informasi yang mau kamu simak:

Buka

Tutup

HIV adalah salah satu infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga rentan sakit. Selain membuat tubuh penderitanya semakin kurus, timbul juga masalah kulit penderita HIV yang perlu diatasi.

Masalah kulit tersebut umumnya berupa ruam, infeksi, hingga lesi. Ini bahkan menjadi salah satu tanda awal infeksi HIV dan bisa dijadikan indikator perkembangan penyakit HIV dalam tubuh.

Sayangnya, tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai penyakit kulit biasa. Padahal, sekitar 90% penderita HIV memiliki masalah kulit.

Tahapan penyakit kulit akibat HIV

Sebelum menimbulkan penyakit kulit, ciri-ciri HIV diawali dengan flu yang parah. Virus HIV bereproduksi dengan cepat dalam tubuh sehingga mulai memunculkan gejala-gejala tak biasa.

Memasuki tahap laten, virus HIV mulai melambat bereproduksi. Pada tahap inilah, penderita mungkin tidak merasakan gejala sama sekali.

Waktunya pun cukup panjang, bisa sampai 10 tahun atau lebih penderita akan merasa seperti baik-baik saja. 

Diam-diam, sistem kekebalan tubuh mulai mengalami kerusakan parah akibat HIV. Jumlah sel CD4 turun menjadi 200 sel per mm3, padahal angka normalnya berkisar 500-1.600 sel per mm3. Pada tahap inilah, HIV dapat berkembang menjadi AIDS.

Nah, masalah kulit penderita HIV mulai berkembang di tahap pertama dan ketiga, yakni sejak awal virus masuk hingga berkembang menjadi AIDS. 

Saat kekebalan tubuhnya mencapai titik terlemah, penderita sangat rentan terkena infeksi jamur. Infeksi ini disebut oportunistik.

Ciri-ciri HIV pada kulit biasanya mencakup salah satu atau kombinasi ketiga kategori berikut:

  • Dermatitis atau ruam kulit, berupa xerosis, dermatitis atopik, fotodermatitis, dan folikulitis.
  • Infeksi bakteri, jamur, virus, dan parasit, seperti herpes zoster dan moluskum.
  • Lesi kulit, yakni perubahan struktur sel kulit hingga menjadi ganas. Contohnya sarkoma kaposi.

Berbagai masalah kulit penderita HIV

Lebih lengkap, berikut ragam masalah kulit penderita HIV yang umum terjadi:

1. Ruam HIV

Ruam kulit akibat HIV umumnya muncul sekitar 2 bulan pertama setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh. Selain ruam, ciri-ciri HIV juga disertai dengan gejala:

  • Demam
  • Kelelahan
  • Sakit tenggorokan
  • Pembengkakan kelenjar getah bening

2. Xerosis

Xerosis atau kulit kering memang tidak selalu menjadi gejala HIV. Penyebab kulit kering bisa karena cuaca kering hingga terlalu sering terkena paparan sinar matahari.

Namun, penderita HIV lebih rentan mengalami kulit kering. Gejala xerosis yang menjadi masalah kulit penderita HIV ditandai dengan rasa gatal hingga muncul bercak bersisik di lengan dan kaki. 

3. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik lebih banyak terjadi pada orang tanpa HIV/AIDS. Namun, masalah kulit ini bisa lebih parah dan lebih rentan terjadi pada penderita HIV/AIDS.

Dermatitis atopik adalah peradangan kronis yang menyebabkan ruam merah, bersisik, hingga terasa gatal. Kondisi ini dapat muncul di beberapa bagian tubuh, termasuk kaki, tangan, leher, kelopak mata, lutut, dan siku.

Cara mengatasi dermatitis atopik dapat diobati dengan krim kortikosteroid. Selain itu, penggunaan krim perbaikan kulit seperti inhibitor calcineurin juga dapat diberikan.

Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter dapat meresepkan antibiotik. Pengobatan dapat dikombinasikan dengan obat anti gatal agar pasien merasa lebih nyaman.

4. Folikulitis eosinofilik

Penyebab folikulitis eosinofilik pada kulit penderita HIV belum diketahui dengan pasti. Namun, hal ini diyakini ada kaitannya dengan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga pasien rentan terkena infeksi.

Ciri-ciri folikulitis eosinofilik ditandai dengan benjolan merah gatal yang terpusat di folikel rambut pada kulit kepala dan tubuh bagian atas. Jenis dermatitis ini paling sering ditemukan pada penderita HIV yang sudah mencapai tahap perkembangan penyakit.

5. Fotodermatitis

Obat antiviral menjadi satu-satunya pengobatan HIV/AIDS. Namun, ada efek samping yang ditimbulkan salah satunya berupa fotodermatitis.

Fotodermatitis menyebabkan ruam kulit akibat HIV, lecet, hingga bercak kering pada kulit akibat paparan sinar UV dari matahari. 

Tak hanya penyakit kulit, penderita juga kerap mengalami nyeri, sakit kepala, mual, hingga demam. Kondisi ini umum terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang hiperaktif selama terapi obat antiretroviral (ARV).

6. Prurigo nodularis

Prurigo nodularis adalah kondisi ketika gumpalan pada kulit menyebabkan gatal hingga timbul keropeng. Masalah kulit penderita HIV ini kebanyakan muncul di kaki dan lengan, biasanya terasa sangat gatal.

Akibatnya, penderita secara tak sengaja sering menggaruknya hingga menyebabkan banyak goresan dan luka. 

Jenis dermatitis yang satu ini terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang parah. Sensasi gatalnya yang parah bahkan bisa menyebabkan perdarahan, luka terbuka, dan infeksi lanjut.

Pengobatan prurigo nodularis dapat dilakukan dengan krim steroid atau antihistamin. Dalam kasus yang parah, dokter merekomendasikan cryotherapy atau terapi beku.

7. Kutil

Dibandingkan orang sehat, penderita HIV/AIDS yang terkena kutil cenderung lebih parah. Bahkan, ukuran kutil bisa lebih besar dan banyak.

Kutil disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV) yang tumbuh di lapisan atas kulit. Bentuknya mirip gundukan dengan titik-titik hitam, biasanya ditemukan di tangan, hidung, atau bagian bawah kaki.

Cara mengobati kutil bisa dengan beberapa cara, termasuk terapi beku atau operasi minor untuk mengangkat kutil. Sayangnya, tingkat kekambuhan kutil pada penderita HIV cukup tinggi sehingga kutil lebih sulit disingkirkan.

8. Herpes zoster

Herpes zoster juga menjadi salah satu masalah kulit penderita HIV yang cukup umum. Hal ini disebabkan oleh faktor daya tahan tubuh yang lemah, biasanya ditandai dengan munculnya ruam atau lepuhan bergerombol yang terasa menyakitkan.

9. Moluskum kontagiosum

Moluskum kontagiosum ditandai dengan benjolan berwarna merah muda atau pucat pada kulit. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sangat mudah menular, terutama pada orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah seperti penderita HIV.

Benjolan akibat moluskum kontagiosum biasanya muncul di dahi, tubuh bagian atas, bahu, hingga kaki. Rasanya pun tidak nyeri layaknya masalah kulit lainnya.

10. Sarkoma kaposi

Sarkoma kaposi adalah jenis kanker yang memengaruhi kelenjar getah bening atau pembuluh darah. Ciri-cirinya berupa muncul lesi kulit berwarna cokelat gelap, ungu, atau kemerahan.

Lesi akibat sarkoma kaposi muncul saat jumlah sel darah putih menurun drastis. Ini menjadi pertanda bahwa HIV sudah berubah menjadi AIDS. Dengan kata lain, sistem kekebalan tubuh penderita sudah dalam kondisi yang sangat lemah.

Jenis kanker ini kerap menyerang paru-paru, saluran pencernaan, hingga hati. Hal inilah yang membuat penderita kerap merasakan sesak napas, sulit bernapas, hingga pembengkakan kulit.

Kapan harus ke dokter?

Penderita HIV mungkin akan mengalami salah satu atau beberapa masalah kulit yang sudah disebutkan. Namun, masalah kulit tersebut tak mesti menandakan penyakit HIV atau AIDS, ya.

Oleh karena itu, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk menemukan penyebab pastinya. Jika disebabkan oleh infeksi HIV, dokter dapat merekomendasikan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Biar lebih praktis, kamu bisa booking paket pemeriksaan HIV/AIDS via HDmall.id. Dapatkan pemeriksaan kesehatan terdekat di klinik terdekat sesuai dengan lokasi dan budget-mu. Nikmati kemudahan pembayaran dengan berbagai metode sesuai kebutuhanmu. Hubungi tim customer service HDmall.id sekarang!

Baca juga artikel lain seputar kesehatan umum:

Referensi

Buka

Tutup