Cek Fakta Kesehatan: HPV High Risk Tidak Bisa Disembuhkan?


Klik link di bawah ini untuk mempermudah menemukan informasi yang mau kamu simak:

Buka

Tutup

Setiap orang yang sudah aktif berhubungan seksual berisiko terinfeksi HPV dalam hidupnya. Virus ini paling umum dikenal sebagai virus penyebab kanker serviks, meski nyatanya juga bisa menimbulkan kutil kelamin. Ada beberapa tipe HPV yang meningkatkan risiko kanker serviks, disebut dengan HPV high risk

Apa itu HPV high risk?

HPV high risk (HR-HPV) adalah kelompok HPV yang tergolong berisiko tinggi dan bersifat onkogenik. Kondisi ini sering dikaitkan dengan keganasan virus dan dapat menyebabkan kanker.

Kelompok virus HPV yang termasuk high risk meliputi tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, dan 59. Dua di antaranya, yaitu HPV 16 dan 18 menjadi penyebab paling banyak infeksi HPV terkait kanker.

Ketika jenis HPV ini menginfeksi sel tubuh, sel akan berkembang biak secara abnormal dan berubah menjadi prakanker. HPV akan menginfeksi sel skuamosa tipis dan datar yang melapisi permukaan bagian dalam sejumlah organ.

Karena itulah, sebagian besar kanker yang berhubungan dengan HPV disebut karsinoma sel skuamosa. Virus yang memicu kanker pada sel-sel kelenjar serviks disebut dengan adenokarsinoma.

Mitos 1: Tingkat risiko HPV sama saja

Faktanya, ada HPV high risk dan low risk. Perbedaan HPV high risk dan low risk terletak pada tingkat keganasannya. Jika HPV high risk dapat menyebabkan beberapa jenis kanker, HPV risiko rendah atau low risk tidak menyebabkan penyakit.

HPV low risk juga dapat menyebabkan perubahan sel, tapi jarang sampai ke tahap lesi prakanker. Biasanya, tipe HPV ini menyebabkan kutil di sekitar alat kelamin, anus, mulut, atau tenggorokan.

Ada sekitar 40 jenis HPV risiko rendah yang dapat menginfeksi area kelamin. Penyebab kutil kelamin paling umum berasal dari infeksi HPV tipe 6 dan 11.

Beberapa tipe virus HPV low risk juga dapat menyebabkan timbulnya kutil di mulut dan tenggorokan. Kondisi ini disebut dengan papiloma saluran pernapasan berulang (PSPB) atau recurrent respiratory papillomatosis (RRP), umum terjadi pada anak-anak ketimbang orang dewasa.

Sedangkan HPV risiko tinggi atau high risk dapat menyebabkan beberapa jenis kanker, terutama jika sistem imun tubuh tidak kuat melawannya. Penelitian menunjukkan bahwa HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan sekitar 70% kasus kanker serviks dan lesi prakanker serviks.

HPV high risk juga dapat berkembang di organ selain serviks, yaitu:

  • Orofaring
  • Anal
  • Penis
  • Vagina
  • Vulva

Mitos 2: Hanya HPV  low risk yang bisa dideteksi

Keberadaan HPV dalam tubuh dapat dideteksi melalui skrining, baik pada tipe high risk maupun low risk. Hal ini penting mengingat HPV dapat berkembang tanpa menimbulkan gejala sehingga perlu dideteksi sejak dini.

Pap smear termasuk salah satu pemeriksaan kanker serviks yang dapat dilakukan. Tes ini mengambil sel serviks untuk mengetahui adanya sel prakanker di leher rahim.

Selain itu, kamu juga bisa melakukan pemeriksaan HPV DNA. Bedanya dengan pap smear, tes HPV DNA dapat menemukan DNA virus HPV hingga subtipenya. Dokter biasanya menganjurkan pemeriksaan ini pada pasien yang berisiko tinggi mengalami infeksi HPV high risk.

Wanita usia 21-29 tahun terutama yang sudah aktif berhubungan seksual perlu menjalani pemeriksaan kanker serviks setiap 3 tahun. Menginjak usia 30-65 tahun, disarankan untuk melakukan tes HPV dan pap smear setiap 5 tahun. Jika hanya ingin pap smear saja, cukup dilakukan secara berkala setiap 3 tahun.

Mitos 3: Kalau sudah terinfeksi HPV, tidak ada gunanya lagi berobat

Hasil pemeriksaan HPV DNA positif menunjukkan bahwa seseorang telah terinfeksi HPV tipe risiko tinggi yang berpotensi menjadi kanker serviks. Namun, perlu dicatat bahwa ini bukan berarti sudah pasti positif kanker serviks, ya.

Tes HPV DNA berfungsi untuk mendeteksi DNA virus pada serviks. Bisa saja jika seseorang sudah terinfeksi virus HPV, tapi sel-sel serviks belum berubah menjadi kanker. 

Infeksi HPV yang masuk ke tubuh tidak langsung mengubah sel-sel serviks menjadi prakanker atau kanker. Pemeriksaan ini hanya sebatas untuk mengetahui risiko kanker serviks seseorang beserta subtipe virus HPV-nya.

Jika hasil pemeriksaan HPV-DNA positif, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan kolposkopi untuk melihat kelainan bentuk serviks. Bila perlu, biopsi serviks dapat dilakukan untuk melihat jaringan serviks sekaligus mendeteksi ada-tidaknya kanker serviks.

Mitos 4: HPV high risk bisa sembuh?

Sayangnya, tidak ada pengobatan untuk HPV risiko tinggi. Namun, tak perlu khawatir karena tugas utama yang harus dilakukan sekarang adalah mengurangi risiko kanker serviks semaksimal mungkin.

Dokter akan mempertimbangkan beberapa hal untuk menentukan langkah penanganan selanjutnya, antara lain:

  • Hasil pemeriksaan HPV dan pap smear sebelumnya
  • Perawatan yang pernah dilakukan terhadap perubahan sel prakanker serviks
  • Usia dan riwayat kesehatan pasien

Penanganan HPV risiko tinggi akan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan, terutama mengutamakan risiko perkembangan sel serviks menjadi kanker. Dokter dapat merekomendasikan:

  • Pemeriksaan HPV atau pap smear ulang dalam setahun
  • Pemeriksaan penunjang, seperti kolposkopi atau biopsi serviks untuk melihat sel prakanker
  • Menghilangkan lesi prakanker dengan prosedur LEEP (Loop Electosurgical Excision Procedure)

Untuk mendapatkan informasi seputar pemeriksaan HPV DNA high risk, kamu bisa tanyakan ke customer service HDmall.id yang siap membantu memilihkan paket pemeriksaan kesehatan sesuai kebutuhan, budget, dan lokasi kamu.

Baca juga artikel lain seputar pemeriksaan HPV:

Referensi

Buka

Tutup