Seberapa Penting Alat Bantu Oksigen untuk Pasien COVID-19?


Penting buat Kamu!!

Buka

Tutup

  • Pemantauan kadar oksigen tubuh penting untuk pasien COVID-19, baik yang bergejala ringan, sedang menjalani isolasi mandiri, atau bergejala berat.
  • Oksigen untuk pasien COVID-19 biasanya dibutuhkan bagi yang mengalami pneumonia, sesak napas, hipoksia, dan saat saturasi oksigennya menurun.
  • Menurut CDC, terapi oksigen dibutuhkan untuk pasien COVID-19 yang kadar oksigennya di bawah 90%.
  • Alat bantu oksigen dapat digunakan setiap jam atau lebih--tiap kali pasien merasakan sesak atau saturasinya di bawah normal.
  • Klik untuk membeli perlengkapan new normal dari rumah kamu melalui HDmall. *Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD.
  • Dapatkan paket cek COVID-19 berupa swab PCR, swab antigen, dan rapid test dengan harga bersahabat dan tim medis berpengalaman di HDmall.

Kebutuhan oksigen kian meningkat selama pandemi. Bukan cuma di rumah sakit, beberapa tempat penyedia stok oksigen terus dipadati masyarakat hingga menimbulkan antrean panjang. Begitu pun dengan alat oksimeter yang diandalkan untuk memantau kadar oksigen dalam tubuh, kini seakan menjadi barang wajib yang harus ada di rumah. Jika kita tarik benang merahnya, kondisi ini menandakan bahwa oksigen untuk pasien COVID-19 ternyata sangatlah penting.

Kenapa pemantauan kadar oksigen itu penting untuk pasien COVID-19?

Pasien COVID-19 dianjurkan untuk memantau kadar oksigen tubuhnya setiap hari. Bukan cuma untuk yang gejalanya berat saja, pasien bergejala ringan dan menjalani isolasi mandiri pun juga harus melakukan hal yang sama.

Di dalam tubuh manusia terdapat sel-sel epitel yang melapisi saluran pernapasan. Sel-sel epitel ini berfungsi untuk melindungi saluran napas dari patogen dan infeksi sekaligus memfasilitasi pertukaran gas.

Saat terinfeksi COVID-19, virus SARS-CoV-2 dapat menyerang sel-sel epitel tersebut. Sistem imun tubuh kemudian akan mengeluarkan respon inflamasi yang memicu peradangan.

Sebagai akibatnya, aliran oksigen menuju paru-paru menjadi terhambat dan menyebabkan pasien mengalami sesak napas. Nah, pada saat inilah pasien membutuhkan bantuan oksigen supaya pernapasan jadi lebih lancar dan menjaga agar paru-paru tetap bekerja optimal.



Namun, ternyata tidak semua pasien akan mengalami sesak napas, lho! Beberapa pasien COVID-19 justru tampak baik-baik saja, padahal kadar saturasi oksigennya cenderung rendah. Kondisi ini disebut dengan happy hypoxia.

Happy hypoxia adalah kondisi ketika kadar oksigen dalam darah mengalami penurunan sampai ke tingkat yang sangat rendah, tetapi otak tidak menganggapnya sebagai kondisi yang mengancam. Padahal, semestinya, kadar oksigen yang kurang dari 95% secara bertahap akan membuat pasien mengalami sesak atau kesulitan bernapas.

Karena ‘siasat’ si virus COVID-19 inilah, happy hypoxia bisa mengancam nyawa pasien kapan saja. Bukan cuma menyebabkan paru-paru menjadi beku, ginjal dan otak bakal mengalami hal yang sama. Bahkan, dampak fatalnya bisa menyebabkan kematian.

Itulah alasannya kenapa oksigen untuk pasien COVID-19 itu sangat penting. Selain sebagai penyelamat saat sesak napas, cadangan oksigen juga bisa membantu mendongkrak saturasi oksigen yang menurun. Dengan begitu, risiko perburukan pun dapat dicegah sedini mungkin.

Baca selengkapnya: Memahami Happy Hypoxia, Gejala Tersembunyi COVID-19 yang Perlu Diwaspadai

Kapan pasien COVID-19 dinyatakan butuh bantuan tabung oksigen?

Memang tidak semua pasien COVID-19 membutuhkan alat bantu oksigen, apalagi jika gejalanya ringan. Biasanya, terapi oksigen dibutuhkan untuk pasien dengan kondisi-kondisi berikut:

  • Pneumonia atau acute respiratory distress syndrome (ARDS)
  • Dispnea atau sesak napas
  • Hipoksia
  • Saat saturasi oksigennya di bawah normal

Satu-satunya cara untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh adalah dengan menggunakan oksimeter denyut (oximeter pulse). Kadar oksigen yang normal dalam tubuh berada pada rentang 95-100%. 

Menurut CDC, terapi oksigen dibutuhkan untuk pasien COVID-19 yang kadar oksigennya di bawah 90%. Meskipun pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan oksigen seperti sesak napas, kebingungan, kelelahan, atau kebiruan pada bibir dan wajah, tambahan oksigen tetap perlu diberikan.

Baca selengkapnya: Pentingnya Oximeter bagi Pasien COVID-19



Selama menggunakan alat bantu oksigen untuk pasien COVID-19, pantau terus saturasi oksigennya dengan oksimeter. Jika pasien tidak menunjukkan gejala kekurangan oksigen, pastikan saturasi oksigennya minimal bisa mencapai 90% setelah pemberian terapi. 

Sementara itu, jika pasien menunjukkan gejala sesak napas, wajah atau bibir membiru, dan kebingungan, segera gunakan tabung oksigen sampai saturasinya di atas 95%. Apabila kondisinya tak juga membaik, segera bawa pasien ke rumah sakit.

Berapa lama pasien COVID-19 butuh alat bantu oksigen?

Lama penggunaan alat bantu oksigen bisa berbeda-beda pada setiap pasien COVID-19. Hal ini tergantung dari seberapa besar penurunan saturasi oksigen dalam tubuhnya dan seberapa parah gejala yang dirasakan.

Secara umum, alat bantu oksigen dapat digunakan setiap jam atau lebih--tiap kali pasien merasakan sesak atau saturasinya di bawah normal. Namun, ada juga beberapa pasien yang masih membutuhkan terapi oksigen selama masa pemulihan untuk menjaga kadar oksigennya tetap normal.

Memantau kadar oksigen untuk pasien COVID-19 sangatlah penting supaya tidak kecolongan. Maka dari itu, ukur saturasi oksigenmu secara rutin dan catatlah dalam jurnal. Jika angkanya tampak menurun selama beberapa hari, segera gunakan tabung oksigen sesuai petunjuk penggunaan. Apabila saturasinya tak kunjung naik meski sudah memakai bantuan oksigen, segera periksakan diri ke dokter. 

Baca juga: 7 Tips Merawat Anak yang Terinfeksi COVID-19 agar Cepat Pulih

Referensi

Buka

Tutup