Review: Pengalaman Treadmill (Exercise Stress Test) untuk Cek Fungsi Jantung


Ringkasan

Buka

Tutup

  • Pemeriksaan fungsi jantung dilakukan dengan bantuan alat treadmill. Jenis pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kinerja jantung saat melakukan aktivitas fisik;
  • Orang-orang di usia muda mungkin tidak memerlukan tes fungsi jantung. Namun, karena kasus stroke mulai banyak ditemukan pada usia 30-40 tahun, Exercise Stress Test mulai direkomendasikan;
  • Prosedur Exercise Stress Test dilakukan dengan cara berjalan hingga berlari kecil di atas treadmill. Tingkat kecepatannya akan bertambah secara bertahap sampai detak jantung mencapai target yang ditentukan;
  • Jika kamu mengalami gejala seperti nyeri rahang, nyeri dada, hingga kram dari lengan sampai tangan, segera lakukan exercise stress test untuk memantau fungsi jantung;
  • Kamu juga bisa menjalani pemeriksaan Exercise Stress Test dengan membeli paket treatment melalui HDmall. Kunjungi link berikut untuk membeli paket pemeriksaan kesehatan yang kamu butuhkan:
  • Bingung soal Exercise Stress Test (treadmill)? Tenang saja! Kamu bisa menggunakan fitur chat untuk berkonsultasi dengan apoteker kami secara gratis untuk menemukan paket pemeriksaan kesehatan yang sesuai dengan kondisi, budget, dan lokasi kamu.

Sudah pernah dengar soal elektrokardiogram, lantas bagaimana dengan tes treadmill? Treadmill merupakan pemeriksaan yang dilakukan saat berativitas, atau disebut dengan Exercise Stress Test (EST). Prosedur pemeriksaannya dapat dilakukan dengan berlari di atas mesin treadmill maupun bersepeda. Dengan cara ini, kita bisa mengetahui apakah otot jantung kita sudah mendapatkan cukup darah dan oksigen atau justru kekurangan.

Prosedur pemeriksaan jantung dengan Exercise Stress Test

Setelah buat jadwal dengan pihak klinik lewat HDmall, saya cukup menunjukkan kode voucher yang diberikan tim CS. Setelah petugas mengecek data pasien, saya langsung diarahkan untuk mengganti baju supaya nantinya bisa bergerak dengan leluasa di atas mesin treadmill.

Begitu masuk ruangan, saya tidak langsung naik ke atas treadmill. Dokter sempat menjelaskan terlebih dahulu kalau banyak orang yang ternyata berpikiran kalau anak muda enggak perlu tes fungsi jantung. Padahal, faktanya, orang-orang usia 30-40 tahun mulai banyak yang terkena stroke. Apalagi untuk laki-laki, risikonya ternyata lebih tinggi daripada perempuan.

Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah di tubuh. Fatalnya, stroke yang terlambat ditangani dapat menyebabkan kematian. 

Maka itu, Exercise Stress Test (EST) penting dilakukan saat badan kita dalam kondisi lelah sehingga bisa dilihat jika ada abnormalitas dalam tubuh. Jenis pemeriksaan ini juga yang bisa membantu mencegah terjadinya stroke di masa mendatang.

Siapa yang perlu melakukan tes fungsi jantung dengan Exercise Stress Test?

Exercise Stress Test dapat membantu melihat kinerja jantung selama beraktivitas atau olahraga. Jenis pemeriksaan ini penting terutama untuk orang-orang dengan kondisi berikut:

  • Perokok aktif,
  • Sering mengalami sakit dada secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas
  • Memiliki gangguan pembuluh darah
  • Pernah menjalani pengobatan penyakit jantung koroner
  • Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung serebrovaskular
  • Mengalami hipertensi, diabetes, hingga kadar lipid tinggi dalam darah
  • Lansia

Setelah berdiskusi singkat dengan dokter, perawat mulai mengarahkan saya ke alat treadmill yang tersedia. Setelah itu, perawat akan mengambil elektroda berkabel yang terhubung ke mesin, lalu menempelkannya lebih banyak ke dada sebelah kiri dimana posisi jantung berada. Totalnya ada 10 titik, mirip seperti pelat yang setiap pelatnya terdapat kepala seperti tombol untuk memasang kabel.

Sedangkan untuk alas kaki, kita dianjurkan untuk memakai sepatu. Untungnya, saya sudah memakai sepatu yang nyaman sebelum melakukan perawatan. Jadi, jika kamu berencana untuk melakukan Exercise Stress Test, pastikan untuk memakai sepatu yang nyaman, ya!

Kecepatan lari akan disesuaikan dengan usia pasien. Karena usia saya 32 tahun, maka target detak jantung diatur menjadi 160 denyut per menit (BPM). Target ini kira-kira dicapai dalam waktu 5-10 menit berlari.

Setelah itu, barulah saya mulai berlari di atas mesin treadmill. Sebagai permulaan, kita boleh berpegangan di handrail yang ada di sisi kanan-kiri tubuh. Jangan takut bakal terpleset atau terjatuh karena pace-nya sama seperti saat kita berlari biasanya. Kecepatannya pun akan dinaikkan secara bertahap sehingga detak jantung kita juga akan meningkat perlahan.

Saat kecepatannya masih cukup pelan, dokter masih bisa mengajak saya ngobrol sambil terus berjalan. Namun, begitu angka detak jantung saya mulai meningkat, kecepatan mulai bertambah. Saya mulai tidak merespon apa pun yang dikatakan dokter. Hahaha. Dokter pun enggak mengajak saya ngobrol lagi karena tahu bahwa jantung saya mulai bekerja lebih kencang saat itu.

Setelah mesin treadmill mencapai target detak jantung, perawat menginfokan kalau ternyata dibutuhkan waktu 8 menit (dari total 10 menit) untuk mencapai target 160 BPM.

Menurut dokter, hasil ini ada hubungannya dengan kebiasaan olahraga saya. Biasanya, saya melakukan olahraga angkat beban--tidak pernah latihan kardio. Nah, mulai sekarang, dokter menyarankan saya untuk mulai mencoba latihan kardio untuk membantu menguatkan jantung.

Mungkin muncul pertanyaan, apa bedanya latihan kekuatan otot dan kardio, padahal sama-sama menyehatkan tubuh? Ya, memang benar.

Ibaratnya begini. Olahraga angkat beban lebih fokus untuk membentuk massa otot dan menstimulasi sistem metabolik. Namun, hal ini juga perlu diimbangi dengan konsumsi makanan sumber protein dan zat gizi lainnya.

Banyak orang yang mengira kalauolahraga kardio itu harus intensitas berat, atau dalam artian harus berkeringat banyak. Padahal, enggak selalu begitu, lho!

Sebagai pemula, kita enggak harus langsung olahraga kardio yang terlalu keras untuk mencapai 160 BPM. Bukannya menyehatkan, tubuh malah akan memproduksi hormon kortisol alias hormon stres yang tidak baik buat tubuh. Pencapaian 120-140 BPM sudah cukup untuk permulaan.

Hasil tes fungsi jantung

Secara keseluruhan, hasil Exercise Stress Test saya dalam kategori normal. Tidak ada masalah berarti pada jantung saya. 

Waktu terbaik untuk melakukan tes fungsi jantung adalah ketika muncul gejala. Perhatikan jika kamu mulai merasakan gejala seperti nyeri rahang, sakit jantung, atau sensasi kram maupun kesemutan di lengan sampai tangan, sebaiknya segera cek ke dokter.

Soalnya, tidak sedikit orang yang tidak menyadari gejala tersebut, menganggapnya sepele, atau menduga itu bukan berasal dari masalah jantung. Dokter sempat cerita kalau ada pasien usia 26 tahun datang periksa dan mengeluh sakit rahang. Ia mengira itu efek sakit gigi atau masalah gusi sehingga periksa ke dokter gigi. Ketika menunggu giliran periksa, tiba-tiba ia mengalami serangan jantung. Alhasil, dokter harus berusaha memompa jantung untuk menyelamatkan nyawanya. Ngeri juga, ya.

Itulah kenapa penting untuk segera ke dokter jika menemukan gejala tak biasa. Soalnya, kita enggak pernah tahu jika ada masalah dalam tubuh selain dengan pemeriksaan.

Buat kamu yang jarang olahraga, yuk, kita sama-sama lebih rajin olahraga. Apalagi untuk mencoba olahraga kardio untuk membantu menguatkan otot jantung. Bonusnya, lemak tubuh juga ikut terbakar sehingga bisa membantu menurunkan berat badan. Siap untuk memulai?