Antibodi Vaksin COVID-19 Menurun Setelah 6 Bulan, Bukan Berarti Tidak Efektif, Lho!



Penting buat Kamu!!

Buka

Tutup

  • Ketika seseorang terinfeksi COVID-19 untuk pertama kalinya, sel limfosit-B akan membentuk antibodi guna melawan infeksi dan limfosit-T akan mengingat virus tersebut agar lebih mudah dikenali bila sewaktu-waktu terinfeksi kembali.
  • Jumlah antibodi dari vaksin COVID-19 akan mengalami penurunan sampai batas level tertentu, tetapi antibodi tetap masih ada dalam tubuh, meskipun memang tidak sebanyak di awal-awal vaksinasi. 
  • Yang terpenting dari vaksin COVID-19 adalah vaksinasi dapat menghasilkan sel T memori yang akan memproduksi antibodi ketika sewaktu-waktu tubuh terinfeksi virus corona, sehingga virus bisa lebih cepat dilawan dan mencegah gejala berat.
  • Selain vaksin Sinovac, penurunan antibodi vaksin COVID-19 bisa terjadi pada semua jenis vaksin seperti Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca.
  • Klik untuk membeli perlengkapan new normal dari rumah Anda melalui HDmall. *Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD.
  • Dapatkan paket cek COVID-19 berupa swab PCR, swab antigen, dan rapid test dengan harga bersahabat dan tim medis berpengalaman di HDmall.

Di tengah antusias masyarakat untuk mendapatkan vaksin COVID-19, muncul kabar bahwa antibodi vaksin COVID-19 mengalami penurunan setelah 6 bulan. Berita ini mengakibatkan sebagian masyarakat mulai merasa ragu divaksin karena toh antibodinya akan menurun juga. 

Namun, di sisi lain, sebagian lainnya justru mengharapkan adanya vaksinasi dosis ketiga supaya imunnya tetap kuat melawan COVID-19. Bagaimana faktanya?

Memahami cara kerja vaksin COVID-19 dalam tubuh

Sebelum mengetahui cara kerja vaksin COVID-19 dalam tubuh, ada baiknya pahami dulu cara sistem imun bekerja dalam tubuh.

Sistem imun manusia terdiri dari banyak ‘pasukan’ untuk melawan infeksi. Mulai dari sel darah merah yang fungsinya membawa oksigen ke jaringan dan organ-organ tubuh, lalu sel darah putih yang bertugas untuk melawan infeksi.

Ada 3 jenis sel darah putih yang terlibat dalam proses ini, yaitu:

  • Makrofag: Sel darah putih yang menelan atau mencerna kuman dan sel mati, lalu meninggalkan antigen. Tubuh akan lebih mudah mengenal antigen ini sebagai partikel berbahaya dan merangsang antibodi untuk menyerang antigen tersebut.
  • Limfosit-B: Sel darah putih yang sifatnya defensif, bertugas untuk menghasilkan antibodi guna menyerang potongan-potongan virus yang ditinggalkan oleh makrofag.
  • Limfosit-T: Sel darah putih yang disebut sebagai sel memori, bertugas untuk menyerang sel-sel tubuh yang sudah terinfeksi dan mengingat virus atau kuman yang masuk ke dalam tubuh.

Ketika seseorang terinfeksi COVID-19 untuk pertama kalinya, sel limfosit-B akan membentuk antibodi guna melawan infeksi. Secara bersamaan, limfosit-T sebagai sel memori akan mengingat virus tersebut supaya jika nantinya masuk lagi di kemudian hari, tubuh akan mudah mengenali dan lebih cepat melawannya.

Nah, vaksin COVID-19 berfungsi untuk membantu membentuk respon antibodi dalam tubuh tanpa harus terinfeksi COVID-19 dulu. Melansir dari CDC, tubuh membutuhkan waktu beberapa minggu setelah vaksinasi untuk memproduksi limfosit T dan limfosit B secara maksimal.

Itulah alasannya kenapa seseorang masih bisa terinfeksi COVID-19 sebelum atau sesudah vaksinasi. Hal ini dikarenakan vaksin COVID-19 membutuhkan waktu untuk membentuk antibodi dalam tubuh, rata-rata 1 bulan pasca suntikan dosis pertama. Tergantung dari jenis vaksinnya, vaksin dosis kedua rata-rata diberikan minimal 28 hari dari dosis pertama.

Baca selengkapnya: Vaksin COVID-19 yang Telah Mendapat Izin BPOM

Kenapa antibodi vaksin COVID-19 menurun setelah 6 bulan?

Kabar bahwa antibodi vaksin COVID-19 menurun setelah 6 bulan adalah benar. Namun, ini merupakan hal yang wajar dan bukan berarti vaksin tersebut tidak efektif dalam tubuh, ya.

Perlu diketahui bahwa antibodi merupakan suatu protein yang memiliki waktu paruh. Jika jumlahnya terlalu banyak dalam tubuh, antibodi ini secara alami akan mengalami degradasi atau penguraian. Akan tetapi, antibodi akan tetap diproduksi kembali ketika ada infeksi yang masuk ke dalam tubuh.

Begitu pun jika kita tidak terpapar COVID-19, jumlah antibodi dari vaksin COVID-19 tetap mengalami penurunan sampai batas level tertentu. Anda tak perlu khawatir karena antibodi tetap masih ada dalam tubuh, meskipun memang tidak sebanyak di awal-awal vaksinasi. 

Yang terpenting dari vaksin COVID-19 adalah vaksinasi dapat menghasilkan sel T memori yang akan memproduksi antibodi ketika sewaktu-waktu tubuh terinfeksi virus corona. Dengan begitu, tubuh akan lebih cepat mengenal dan menyerang virus corona sebelum menimbulkan gejala yang parah.

Baca juga: Penyintas COVID-19 Tetap Perlu Divaksin, Bagaimana Aturannya?

Apakah ini hanya terjadi pada vaksin Sinovac saja?

Menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh dr. Pan dan sejawatnya, kadar antibodi vaksin Sinovac ditemukan mengalami penurunan pada 6-8 bulan setelah suntikan vaksin kedua. Penurunan tersebut bahkan di bawah batas hasil tes antibodi dinyatakan positif, yaitu menjadi 4,1 (dalam waktu 14 hari) dan 6,7 (dalam waktu 28 hari) dari batas normalnya 8,0.

Bukan cuma vaksin Sinovac saja, efikasi dan tingkat antibodi vaksin COVID-19 lainnya seperti vaksin Pfizer dan vaksin AstraZeneca juga akan menurun dalam rentang waktu tertentu setelah pemberian dosis lengkap.

Jika antibodi vaksin Sinovac menurun setelah 6 bulan, vaksin Pfizer membutuhkan waktu 4-6 bulan setelah dosis lengkap sebelum tingkat antibodinya berangsur-angsur menurun. Menurut riset terbaru di Israel, efikasi vaksin Pfizer tersisa 84% setelah penurunan.

Begitu pun pada vaksin Moderna, antibodi yang terbentuk dari vaksin akan menurun secara bertahap setelah 6 bulan dari dosis kedua. Jadi, penurunan antibodi vaksin bisa terjadi pada semua jenis vaksin, tidak hanya vaksin Sinovac saja.

Lantas, perlukah vaksin COVID-19 dosis ketiga untuk masyarakat umum?

Pemberian vaksin COVID-19 dosis ketiga mulai banyak dilakukan di sejumlah negara. Harapannya, upaya ini dapat membantu meningkatkan antibodi yang berangsur-angsur menurun setelah pemberian dosis kedua vaksin.

Penelitian menunjukkan bahwa suntikan ketiga vaksin Sinovac yang diberikan 6 bulan setelah dosis kedua dapat meningkatkan kadar antibodi hingga 3 kali lipat. Sejumlah ahli mengungkapkan bahwa vaksin booster lebih diprioritaskan untuk tenaga kesehatan, bukan masyarakat umum. Pasalnya, tenaga kesehatan lah yang lebih sering berinteraksi dengan pasien COVID-19 sehingga berisiko tinggi terpapar virus corona. 

Baca selengkapnya: Vaksin COVID-19 Dosis Ketiga untuk Tenaga Kesehatan, Efektifkah?

Melengkapi 2 dosis vaksin COVID-19 jauh lebih penting dan sudah bisa meningkatkan antibodi dalam tubuh. Lagipula, keberhasilan vaksinasi COVID-19 tidak hanya bergantung pada antibodi saja, tetapi juga sel-sel imun dalam tubuh, baik itu sel B maupun sel T. 

Maka dari itu, segera dapatkan vaksin COVID-19 jenis apa pun yang tersedia supaya tubuh terlindungi dari infeksi virus corona. Jangan terpaku pada potensi penurunan antibodi vaksin COVID-19, penerapan protokol kesehatan jauh lebih penting untuk memutus rantai penyebaran virus corona.

Referensi

Buka

Tutup