Mulai dari Vaginoplasty hingga Labiaplasty, Ini Macam-macam Operasi Vagina

Demi menjaga fungsi vagina serta memperbaiki bentuk vagina memang perlu dilakukan oleh kaum wanita, salah satu caranya dengan menjalani operasi vagina. Tujuan jenis operasi vagina pun bisa berbeda-beda, baik sebagai bentuk perawatan kecantikan semata maupun demi perbaikan rekonstruktif. 

Tak hanya itu, sebagian orang pun memilih untuk menjalani operasi vagina dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan seksual. Hal ini pula yang menyebabkan tren operasi vagina makin meningkat.

2 Jenis operasi vagina

Operasi vagina umumnya terbagi menjadi 2 jenis metode, yaitu labiaplasty dan vaginoplasty. Kedua metode tersebut memerlukan prosedur pembedahan di area kewanitaan. 

Labiaplasty

Metode labiaplasty adalah salah satu jenis operasi vagina yang paling diminati oleh kaum wanita. Pada dasarnya, labiaplasty adalah jenis operasi vagina yang dilakukan guna mengubah ukuran bibir vagina (labia) bagian dalam ataupun bagian luar yang tampak tidak simetris atau terlalu panjang. 

Prosedur operasi vagina ini juga biasanya dipilih demi alasan kenyamanan serta karena adanya gangguan seperti rasa gatal pada labia dan seringkali menimbulkan iritasi, terlebih ketika sedang melakukan aktivitas berkendara dengan sepeda, motor, maupun menunggang kuda.

Perlu diketahui bahwa bentuk dan ukuran bibir vagina (labia) pada tiap wanita bisa berbeda-beda. Meski begitu, beberapa wanita terkadang ada yang merasa tidak nyaman dengan kondisi besarnya bibir vagina yang dimiliki karena dianggap dapat menurunkan gairah pasangan saat berhubungan seksual. Oleh karena itu, prosedur labiaplasty bisa juga menjadi pilihan perawatan vagina untuk area kewanitaan.

Baca juga: Operasi Vagina Labiaplasty: Prosedur, Risiko, dan Biaya Perawatan

Vaginoplasty

Dikenal juga dengan istilah posterior colporrhaphy, jenis operasi vagina yang satu ini memiliki manfaat untuk mengencangkan vagina yang dirasa kendur terutama pada wanita yang pernah menjalani persalinan normal atau akibat efek penuaan pada pasien berusia lanjut. 

Hal tersebut menyebabkan elastisitas dan kekuatan otot vagina berkurang sehingga diperlukan operasi vaginoplasty untuk mengembalikan kondisi otot dasar panggul yang mengendur agar dapat kembali kuat terlebih dalam melakukan hubungan seksual.

Selain itu, operasi vaginoplasty juga dapat membantu memperkecil ukuran vagina sekaligus merapatkan miss v. Tak kalah penting, manfaat yang bisa didapatkan pasca operasi pengencangan vagina (vaginoplasty) juga dapat meningkatkan rangsangan seksual saat berhubungan intim.

Cara kerja vaginoplasty adalah dengan membuang kulit berlebih yang sudah ditandai sesuai keinginan pasien dan kemudian menjahit jaringan kulit tertentu di area vagina agar dapat kembali kencang. Metode ini memerlukan proses suntik bius atau anestesi, baik lokal maupun anestesi total.

Baca juga: Operasi Vagina Vaginoplasty: Prosedur, Risiko, dan Biaya Perawatan

Operasi vagina lainnya

Selain labiaplasty dan vaginoplasty, ada beberapa jenis operasi plastik vagina lain yang bisa dilakukan sesuai tujuan keinginan, seperti clitoroplasty, perineoplasty, hymenoplasty, hingga operasi G-spot (G-spot plasty). 

Pada metode operasi vagina clitoroplasty, jaringan parut atau kelenjar pada klitoris akan dipotong dan diangkat. Klitoris sendiri merupakan bagian kecil yang terlihat pada alat kelamin wanita yang terletak di ujung vulva. 

Umumnya, tujuan utama clitoroplasty untuk mempertahankan atau mengembalikan sensasi seksual pada klitoris yang bersifat sensorik agar lebih mudah mengalami orgasme atau puncak kenikmatan saat berhubungan seksual.

Risiko operasi vagina

Selain ingin menyempurnakan bentuk dan fungsi vagina melalui operasi vagina, para wanita juga perlu memahami risiko atau komplikasi operasi vagina yang mungkin terjadi. 

Risiko operasi vagina dapat berupa:

• Kerusakan saraf di sekitar vagina
• Hilangnya sensasi atau bahkan hipersensitif
• Perubahan gairah seksual
• Munculnya luka dan risiko infeksi
• Perubahan warna vagina secara permanen
• Muncul rasa nyeri saat berhubungan seksual
• Kerusakan jangka panjang di area kelamin

Selain risiko di atas, prosedur bedah medis pun umumnya memiliki beberapa kemungkinan risiko yang dapat melibatkan tindakan pembiusan (anestesi), perdarahan, infeksi, maupun munculnya jaringan parut. 

Pasca operasi vagina, pasien biasanya memerlukan waktu beberapa hari untuk pemulihan (bergantung dari jenis operasi yang dilakukan). Pasien juga tidak disarankan melakukan aktivitas fisik yang berat serta berhubungan seksual sekitar 6 minggu.

Operasi vagina sendiri masih menuai pro dan kontra sehingga pasien perlu mempertimbangkan dengan bijak, apakah manfaat operasi vagina jauh lebih besar ketimbang risikonya ketika ingin menjalani prosedur operasi vagina. Konsultasikan juga hal ini dengan dokter terlebih dahulu.