Antibiotik: Jenis, Manfaat, dan Efek Samping


Antibiotik


Klik link di bawah ini untuk mempermudah menemukan informasi yang mau kamu simak:

Buka

Tutup

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik bekerja dengan cara menghancurkan sel bakteri dengan mencegah reproduksi sel atau mengubah fungsi atau proses seluler yang diperlukan di dalam sel, biasanya untuk menggandakan diri atau bereproduksi. Hanya infeksi bakteri yang dapat dibunuh dengan antibiotik.

Beberapa obat antibiotik bekerja pada berbagai jenis bakteri, yang biasa disebut dengan antibiotik spektrum luas, sementara beberapa antibiotik lain yang hanya menargetkan bakteri tertentu, dikenal dengan antibiotik spektrum sempit. 

Meskipun antibiotik berguna dalam berbagai macam infeksi, penting disadari bahwa antibiotik hanya mengobati infeksi bakteri. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk melawan infeksi virus maupun jamur. Menggunakan antibiotik untuk virus dapat meningkatkan risiko terkena infeksi bakteri yang resisten terhadap pengobatan antibiotik. 

Pada kondisi tertentu, pasien mungkin tidak perlu minum antibiotik untuk beberapa infeksi bakteri. Mengonsumsi antibiotik saat tidak dibutuhkan tidak akan membantu dan bisa jadi antibiotik tersebut dapat memberikan efek samping. Dokter dapat memutuskan perawatan terbaik untuk Anda ketika sakit sehingga tidak perlu meminta dokter untuk meresepkan antibiotik. 

Untuk mengetahui apakah penyakit yang Anda alami dapat diobati menggunakan antibiotik, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Setelah dokter memastikan bahwa Anda mengalami infeksi bakteri, dokter dapat meresepkan antibiotik yang tepat sesuai dengan penyebab infeksi tersebut.

Apakah perlu antibiotik?

Banyak faktor yang dapat dipertimbangkan ketika memilih antibiotik. Pemilihan antibiotik harus didasarkan atas spektrum antibiotik, efektivitas klinik, keamanan, kenyamanan dan cocok tidaknya obat yang dipilih untuk pasien bersangkutan, biaya atau harga obat, serta potensi untuk timbulnya resistensi dan risiko superinfeksi.

Ketika berbicara tentang antibiotik, ikuti saran dokter atau apoteker apakah Anda membutuhkannya atau tidak. Berikut adalah hal-hal yang harus ditanyakan ketika diresepkan obat antibiotik:

1. Bagaimana cara saya mengonsumsi obat antibiotik?

Penting untuk mengetahui jika antibiotik harus ditelan utuh, seperti sebagian besar sediaan antibiotik dalam bentuk, tablet, kaplet terutama kapsul, atau jika sediaan antibiotik sirup kering yang harus dilarutkan dengan air, tergantung bentuk sediaan obat yang diberikan. Hal ini perlu diketahui agar antibiotik yang Anda konsumsi dapat memberikan efektivitas yang maksimal dalam penyerapannya di dalam tubuh.

Sebagian besar antibiotik harus diminum setelah makan agar dapat mencegah efek samping seperti iritasi perut ataupun mual. Tetapi bahkan lebih penting untuk mengikuti petunjuk jika obat dimaksudkan untuk diminum dengan perut kosong, karena makanan dapat menghalangi obat untuk diserap dalam aliran darah. 

Misalnya, produk susu membuat antibiotik Tetracycline dan Fluorokuinolon kurang efektif karena kalsium dalam susu yang berikatan dengan antibiotik tersebut, sehingga tubuh tidak menyerap antibiotik seperti yang diharapkan. Contoh lainnya seperti kopi dan teh, sebaiknya pastikan Anda mengetahui makanan apapun yang mungkin dapat menghalangi efektivitas antibiotik yang dikonsumsi.

2. Kapan saya harus minum obat antibiotik? 

Anda harus memahami jumlah antibiotik yang harus diminum dan waktu yang tepat untuk mengonsumsi antibiotik tersebut (sebelum, saat atau sesudah makan), harus dihabiskan atau tidak.

Dokter akan memberitahu jika antibiotik yang Anda konsumsi harus dihabiskan. Anda harus selalu menyelesaikan konsumsi antibiotik sesuai dengan resep yang diterima alih-alih berhenti begitu gejala hilang, karena bakteri dalam tubuh mungkin masih berada pada tingkat yang tidak aman. Perhatikan bahwa menghentikan antibiotik sebelum infeksi hilang dapat meningkatkan kemungkinan bakteri mengembangkan resistensi. Jangan pernah berbagi antibiotik bersama dengan orang lain.

3. Apakah efek samping yang mungkin terjadi dari penggunaan antibiotik ini?

Anda harus waspada terhadap efek samping atau reaksi alergi yang mungkin dijumpai pada penggunaan antibiotik. Efek samping pada umumnya dapat berupa mual, muntah, pusing, sakit kepala, ruam, kemerahan, gatal-gatal di sekujur tubuh, diare, konstipasi dan lain-lain. 

Contohnya pada antibiotik Ciprofloxacin, efek sampingnya dapat berupa gangguan gastrointestinal, gangguan sistem saraf pusat, reaksi pada muskuloskeletal, kardiovaskular, dan reaksi lainnya. Penting untuk menyadari kemungkinan reaksi yang mungkin terjadi pada tubuh. 

4. Apakah saya dapat mengonsumsi obat antibiotik bersamaan dengan obat lain?

Interaksi antar obat dapat terjadi. Seperti misalnya pada antibiotik Ciprofloxacin bila diberikan bersama dengan antasida, dapat diberi jarak waktu selama 2 jam karena akan terbentuk senyawa kelat yang menurunkan bioavailabilitas Ciprofloxacin.

Contoh lainnya pada amoxicillin ketika diberikan bersamaan dengan kontrasepsi, Amoxicillin akan menurunkan efektivitas kontrasepsi. Selalu beri tahu dokter dan apoteker jika Anda sedang mengonsumsi obat lain, termasuk obat herbal seperti obat tradisional Tiongkok, suplemen, dan obat-obatan yang dibeli tanpa resep.

5. Bagaimana cara saya menyimpan obat antibiotik?

Anda harus memahami bahwa beberapa obat memiliki kestabilan yang berbeda-beda. Misalnya pada sediaan antibiotik Doxycycline kapsul, sebaiknya disimpan pada suhu sejuk dan kering sekitar 20-25 °C, tidak boleh terkena lembab dan sinar matahari langsung atau sinar UV.

Sedangkan pada sediaan antibiotik sirup kering Cefixime, kemasan harus ditutup rapat, tidak boleh dibekukan dan harus dibuang 7 hari setelah dilakukan rekonstitusi. Sebagian besar sediaan antibiotik sirup kering akan stabil pada suhu sejuk dan kering apabila belum dilakukan rekonstitusi. 

Keterangan jumlah air yang harus ditambahkan pada proses rekonstitusi biasanya tertera pada kemasan sediaan antibiotik tersebut dan biasanya harus kocok botolnya sebelum mengonsumsi sediaan antibiotik tersebut. 

6. Bagaimana cara saya membuang kemasan obat, ketika obat sudah habis?

Perlu dipahami bahwa belum banyak pasien yang mengetahui cara membuang kemasan obat yang sudah terpakai apabila obat tersebut sudah habis. Banyak dijumpai masyarakat membuang obat dengan cara langsung memasukkannya ke dalam tempat sampah. Bahkan dengan kondisi kemasan obat yang utuh dan masih sangat rapi. 

Contohnya, apabila diresepkan antibiotik Cefixime kapsul atau sirup, etiket yang berisi informasi nama pasien dan aturan penggunaan obatnya, yang diletakkan pada kemasan blister atau botol obat, harus dihilangkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuangan atau pemusnahan obat apabila sudah habis terpakai atau kadaluarsa, yaitu:

  • Anda harus menghilangkan semua informasi pribadi pada label resep dari botol pil kosong atau kemasan obat kosong. Hal ini berfungsi untuk menghindari obat dijual kembali oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab
  • Untuk sediaan obat berbentuk tablet, kaplet maupun kapsul, hancurkan obat, dan campur dengan air, tanah, atau bahan lain yang tidak diinginkan, kemudian taruh ke dalam wadah atau plastik tertutup
  • Untuk obat berbentuk sirup, dapat dibuang dengan cara dituang langsung ke dalam saluran pembuangan air. Akan tetapi, untuk sirup antibiotik, anti jamur, dan antivirus, sebaiknya dibiarkan tetap berada dalam kemasan aslinya, dengan dicampur bersama air, tanah, atau bahan lain yang tidak diinginkan, kemudian ditutup rapat. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi penyakit yang ada di alam. 

Jenis, manfaat, efek samping, dan contoh antibiotik

Penggunaan obat antibiotik harus menggunakan resep serta rekomendasi dan anjuran dokter. Apa saja obat antibiotik? Berikut informasi dan penjelasan mengenai penggolongan antibiotik: 

1. Penisilin

Penisilin adalah salah satu yang pertama dan masih salah satu golongan antibiotik yang paling banyak digunakan. Penisilin digunakan dalam pengobatan infeksi tenggorokan, meningitis, sifilis, dan berbagai infeksi lainnya.

Amoxicillin

  • Manfaat: Atas rekomendasi dokter, Amoxicillin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu pada telinga, hidung, mulut, tenggorokan, paru-paru, kulit atau kandung kemih
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Mual, diare, sakit kepala, pusing dan ruam
Amoxsan

Contoh obat: Amoxsan 500 mg Kapsul (Rp 45.340/Setrip)

Supramox

Contoh obat: Supramox 500 mg Kaplet (Rp 41.430/Setrip)

Ampicillin

  • Manfaat: Atas rekomendasi dokter, Ampicillin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada telinga, hidung, tenggorokan, paru-paru, kulit, kandung kemih dan alat kelamin
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Mual, muntah, diare, sakit mulut, lidah hitam, ruam, sindrom Stevens-Johnson, demam, nyeri sendi
Sanpicillin

Contoh obat: Sanpicillin 500 mg Kapsul (Rp 35.760/Setrip)

Binotal

Contoh obat: Binotal 500 mg Tablet (Rp 41.430/Setrip)

2. Sefalosporin

Sefalosporin adalah antimikroba beta-laktam yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi dari bakteri gram positif dan gram negatif. Sefalosporin bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dan bekerja dengan cara yang mirip dengan penisilin. Antibiotik golongan ini berfungsi dalam melawan infeksi kulit, bakteri resisten, meningitis, dan infeksi lainnya.

Cefadroxil

  • Manfaat: Atas rekomendasi dokter, Cefadroxil digunakan dalam mengatasi infeksi saluran napas atas dan bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih karena bakteri gram positif dan gram negatif
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Gejala kolitis pseudomembran, reaksi alergi, pruritus genital, moniliasis genital, vaginitis, neutropenia transien sedang dan peningkatan minor pada serum transaminase
Cefat

Contoh obat: Cefat 500 mg Kapsul (Rp 18.057/Kapsul)

Cefalexin 

  • Manfaat: Atas rekomendasi dokter, Cefaleksin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu pada hidung, tenggorokan, paru-paru, gigi, telinga, tulang, persendian, kulit, ginjal, kandung kemih dan alat kelamin
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Hipersensitivitas (ruam, urtikaria, angioedema, eritema multiforme, sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik), diare
Cephalexin

Contoh obat: Cephalexin 500 mg Kapsul (Rp 28.980/Setrip)

Cefuroxime 

  • Manfaat: Cefuroxime, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri tertentu dari hidung, tenggorokan, telinga, kulit, kandung kemih dan tulang. Obat ini juga digunakan untuk mengobati penyakit menular seksual yang dikenal sebagai gonore, dan penyakit Lyme (infeksi bakteri yang disebarkan oleh kutu)
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Ruam, demam, pruritus, eritema, urtikaria, sindrom Stevens-Johnson
Celocid

Contoh obat: Celocid 500 mg Tablet (Rp 34,576/Tablet)

Cefaclor

  • Manfaat: Cefaclor, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengatasi otitis media, infeksi saluran nafas bawah termasuk pneumonia, infeksi saluran kemih termasuk pielonefritis, infeksi jaringan lunak
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Reaksi hipersensitivitas seperti pruritus dan urtikaria, reaksi yang menyerupai serum sickness, gangguan gastrointestinal
Forifek

Contoh obat: Forifek 500 mg Kapsul (Rp 36.123/Kapsul)

Cefprozil

  • Manfaat: Cefprozil, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengatasi infeksi saluran napas bagian atas dan bawah, otitis media, infeksi bakteri sekunder dari bronkitis akut, eksaserbasi bakteri akut dari bronkitis kronik, infeksi kulit dan struktur kulit yang tidak terkomplikasi
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Diare, mual, muntah, nyeri perut, peningkatan SGOT/SGPT
Cefzil

Contoh obat: Cefzil 500 mg Kapsul (Rp 42.970/Setrip)

Cefixime

  • Manfaat: Atas rekomendasi dokter, mengatasi gonore tanpa komplikasi (serviks atau uretra), infeksi saluran kemih, otitis media, faringitis dan tonsilitis, bronkitis kronik serta demam tifoid pada anak
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Syok, hipersensitivitas, kelainan hematologis, peningkatan SGOT, SGPT, alkali fosfatase, gangguan ginjal, gangguan gastrointestinal
Cefspan

Contoh obat: Cefspan 100 mg Kapsul (Rp 33.872/Kapsul)

3. Bacitracin

Bacitracin adalah antibiotik topikal dengan aktivitas melawan bakteri Gram positif. Bacitracin digunakan dalam bentuk sediaan krim atau salep antibakteri topikal serta dalam sediaan otic dan oftalmik. Bacitracin umumnya digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik topikal dan kortikosteroid lainnya.

  • Manfaat: Bacitracin, atas rekomendasi dokter, berfungsi untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti luka bakar, luka karena operasi, pioderma (kulit bernanah) dan folikulitis (peradangan pada folikel rambut). Pada beberapa sediaan, sering dikombinasikan dengan Neomycin dan/atau Polymixin
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Bacitracin jarang menyebabkan efek samping hipersensitivitas.
Enbatic

Contoh obat: Enbatic Serbuk Obat Luar Sachet (Rp 4.751/Sachet)

4. Aminoglikosida

Aminoglikosida adalah kelas antibiotik yang digunakan terutama dalam pengobatan infeksi bakteri gram negatif aerob, meskipun mereka juga efektif melawan bakteri lain termasuk Staphylococci dan Mycobacterium tuberculosis. Mereka sering digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik lain. Obat ini mempunyai indeks terapi sempit, dengan toksisitas serius pada ginjal dan pendengaran, khususnya pada pasien anak dan usia lanjut.

Kanamycin

  • Manfaat: Kanamycin, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk membantu mengobati infeksi pada saluran pencernaan, infeksi jamur, infeksi saluran kemih dan infeksi pada usus
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Ototoksisitas, ruam kulit, demam obat, sakit kepala, paraesthesia, mual, muntah, diare
Kanamycin Meiji

Contoh obat: Kanamycin Meiji 250 mg Kapsul (Rp 30.650/Setrip)

Gentamicin

  • Manfaat: Gentamicin, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengatasi Infeksi serius yang disebabkan bakteri yang rentan, khususnya bakteri gram negatif
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Hipersensitivitas, nefrotoksisitas, blockade neuromuskular, paralisis pernapasan, neurotoksisitas, ototoksisitas; superinfeksi (penggunaan lama)
Sagestam Krim

Contoh obat: Sagestam Krim 10 Gram (Rp 29.565/Tube)

Tobramycin

  • Manfaat: Tobramycin, atas rekomendasi dokter, Tobramycin digunakan sendiri atau bersama dengan obat lain untuk mengobati infeksi pada mata
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Atas rekomendasi dokter, Tobramycin digunakan sendiri atau bersama dengan obat lain untuk mengobati infeksi pada mata

Cendo Tobro

Contoh obat: Cendo Tobro Tetes Mata Mini Dose (Rp 35.356/Setrip)

5. Tetracycline

Tetrasiklin adalah golongan antibiotik yang dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri termasuk pneumonia dan infeksi saluran pernapasan lainnya, infeksi tertentu pada kulit, mata, limfatik, usus, genital dan sistem kemih. Obat ini juga dapat digunakan bersama dengan obat lain untuk mengobati jerawat, sesuai dengan anjuran dokter.

Tetracycline

  • Manfaat: Tetracycline, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu pada paru-paru, kulit dan penyakit menular seksual (PMS)
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Fotosensitivitas, hipertensi intrakranial, peningkatan BUN. Hipoplasia enamel atau perubahan warna gigi permanen pada anak-anak

Tetrasanbe

Contoh obat: Tetrasanbe 500 mg Kapsul (Rp 19.250/Setrip)

Oxytetracycline

  • Manfaat: Mengatasi infeksi pada kulit seperti pioderma, mencegah infeksi sekunder pada luka terbuka, kontak terhadap dermatitis atopik, perawatan jerawat non spesifik
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Mual, muntah, diare, glossitis, disfagia, fotosensitivitas, iritasi dan ulserasi esophagus

Oxytetracycline Salep

Contoh obat: Oxytetracycline Salep 5 Gram (Rp 17.272/Tube)

Doxycyclin

  • Manfaat: Doxycycline, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu pada hidung, paru-paru, kulit, perut dan kandung kemih. Obat ini juga digunakan untuk mengobati penyakit menular seksual (PMS) seperti sifilis dan kencing nanah
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Mual, muntah, diare, dispepsia, sakit perut, perubahan warna gigi, edema perifer

Interdoxin

Contoh obat: Interdoxin 100 mg Kapsul (Rp 12.921/Kapsul)

6. Chloramphenicol

Chloramphenicol merupakan antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein. Chloramphenicol adalah antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi mata superfisial seperti konjungtivitis bakteri, dan otitis eksterna. Obat ini juga dapat digunakan untuk pengobatan tifus dan kolera, atas rekomendasi dokter.

Chloramphenicol

  • Manfaat: Chloramphenicol, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada saluran telinga luar yang dikenal sebagai otitis eksterna
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Mual, muntah, glossitis, stomatitis, diare, enterokolitis, sakit kepala

Kalmicetine

Contoh obat: Kalmicetine 250 mg Kapsul (Rp 24.210/Setrip)

7. Makrolida

Makrolida adalah golongan antibiotik yang digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri dengan cara menghambat sintesis protein bakteri. Makrolida juga biasa digunakan untuk mengobati infeksi menular seksual seperti infeksi gonokokus dan klamidia. Antibiotik golongan ini termasuk populer digunakan karena spektrum aktivitasnya dan keamanannya yang relatif.

Erythromycin

  • Manfaat: Atas rekomendasi dokter, Erythromycin digunakan untuk mengatasi infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan lunak dan infeksi karena bakteri yang peka terhadap Erythromycin
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Nyeri dada, jantung berdebar, tinitus, neuropati optik mitokondria, mual, muntah, sakit perut, diare

Erysanbe

Contoh obat: Erysanbe 500 mg Tablet (Rp 68.850/Setrip)

Azithromycin

  • Manfaat: Azithromycin, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu pada usus, telinga, hidung, tenggorokan, paru-paru, kulit atau kandung kemih
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Myasthenia gravis, pruritus, rasa terbakar, perih pada mata atau ketidaknyamanan pada mata, sensasi mata lengket, diare, muntah, nyeri perut, mual

Zithromax

Contoh obat: Zithromax 500 mg Tablet (Rp 102.960/Tablet)

Clarithromycin

  • Manfaat: Clarithromycin, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu pada telinga, sinus, tenggorokan, paru-paru atau kulit
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Disfungsi hati, ruam, insomnia, sakit kepala, kandidiasis, sakit perut, diare, mual, muntah, dysgeusia, dispepsia

Abbotic

Contoh obat: Abbotic 500 mg Tablet (Rp 82.529/Tablet)

Roxithromycin

  • Manfaat: Roxithromycin, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu pada tenggorokan, paru-paru, dan kulit
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Tuli sementara, tinitus, mual, muntah, nyeri epigastrium, diare, perut kembung, gangguan pengecapan dan/atau penciuman

Anbiolid

Contoh obat: Anbiolid 150 mg Tablet (Rp 87.350/Setrip)

8. Clindamycin

Clindamycin digunakan untuk mengobati beberapa jenis infeksi bakteri, termasuk infeksi paru-paru, kulit, organ reproduksi wanita, dan organ dalam. Clindamycin bekerja dengan memperlambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Clindamycin juga kadang-kadang digunakan untuk mengobati jerawat dan digunakan bersama dengan obat lain untuk mengobati malaria.

Clindamycin 

  • Manfaat: Atas rekomendasi dokter, Clindamycin digunakan dalam mengatasi infeksi saluran napas, seperti emfisema, pneumonitis, infeksi anaerob, abses paru, infeksi kulit dan jaringan lunak, septikemia, infeksi intra abdominal (misalnya peritonitis, abses intra abdominal), infeksi ginekologi termasuk endometritis, selulitis pelvik, infeksi pasca operasi vaginal, dan infeksi tulang
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Ruam makulopapular, urtikaria, morbiliformis ringan sampai dengan sedang, sindrom Stevens-Johnson, anafilaksis

Dalacin C

Contoh obat: Dalacin C 300 mg Kapsul (Rp 33.433/Kapsul)

9. Mupirocin

Mupirocin adalah golongan antibiotik yang umumnya yang digunakan untuk mengobati impetigo dan infeksi kulit sekunder yang dapat menyebabkan lesi kulit traumatik, yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes.

Mupirocin

  • Manfaat: Mupirocin, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengatasi impetigo, folikulitis, dan furunkulosis
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Rasa terbakar, perih, ruam

Bactoderm Krim

Contoh obat: Bactoderm Krim 10 Gram (Rp 121.403/Tube)

10. Cotrimoxazole

Cotrimoxazole merupakan nama lain dari kombinasi antara antibiotik Sulfamethoxazole dan antibiotik Trimethoprim. Dokter biasanya meresepkan kepada pasien yang alergi terhadap penisilin. Namun pasien yang alergi terhadap sulfonamid tidak dapat mengonsumsi obat ini.

Sulfamethoxazole dan Trimethoprim

  • Manfaat: Atas rekomendasi dokter, sulfamethoxazole + trimethoprim digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri di kandung kemih atau saluran kemih, paru-paru, perut atau usus
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Gangguan gastrointestinal, Sindrom Stevens-Johnson dan Lyell

Sanprima

Contoh obat: Sanprima 480 mg Tablet (Rp 28.380/Setrip )

11. Fluoroquinolone

Fluoroquinolone adalah golongan antibiotik yang aktif melawan bakteri gram positif dan gram negatif aerob. Fluoroquinolone diindikasikan untuk pengobatan beberapa infeksi bakteri, termasuk bronkitis bakteri, pneumonia, sinusitis, infeksi saluran kemih, septikemia dan infeksi intra abdominal, infeksi sendi dan tulang, infeksi jaringan lunak dan kulit, demam tifoid, antraks, gastroenteritis bakteri, uretra dan ginekologi. infeksi, dan penyakit radang panggul dan beberapa kondisi menular lainnya.

Ciprofloxacin

  • Manfaat: Atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengatasi infeksi saluran gastrointestinal termasuk demam tifoid dan paratifoid, infeksi saluran kemih kecuali prostatitis, uretritis, servisitis, gonorrhea
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Infeksi saluran gastrointestinal termasuk demam tifoid dan paratifoid, infeksi saluran kemih kecuali prostatitis, uretritis, servisitis, gonorrhea

Quinobiotic

Contoh obat: Quinobiotic 500 mg Kaplet (Rp 22.750/Kaplet)

Ofloxacin

  • Manfaat: Ofloxacin, atas rekomendasi dokter digunakan untuk mengatasi infeksi saluran gastrointestinal termasuk demam tifoid dan paratifoid, infeksi saluran kemih kecuali prostatitis, uretritis, servisitis, gonorrhea
  • Efek samping yang mungkin terjadi: kejang, tremor, pusing, kepala terasa ringan, peningkatan tekanan intrakranial

Akilen

Contoh obat: Akilen 200 mg Tablet (Rp 16.367/Tablet)

Moxifloxacin

  • Manfaat: Obat ini, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu pada hidung, paru-paru, jantung, kulit, perut dan usus
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, gastrointestinal, nyeri perut, diare

Avelox

Contoh obat: Avelox 400 mg Tablet (Rp 101.400/Tablet)

Pefloxacin

  • Manfaat: Pefloxacin, atas rekomendasi dokter, digunakan untuk mengatasi infeksi berat disebabkan bakteri gam negatif dan gam positif, serta untuk mengatasi infeksi saluran kemih
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Mual, muntah, nyeri abdomen; sakit kepala, kesadaran menurun, gugup; gatal, alergi

Dexaflox

Contoh obat: Dexaflox 400 mg Tablet (Rp 47.497/Tablet)

Levofloxacin 

  • Manfaat: Levofloxacin, atas rekomendasi dokter digunakan untuk mengatasi sinusitis bakteri akut, eksaserbasi bakteri akut pada bronkitis kronis, pneumonia nosokomial dan community-acquired, prostatitis bakteri kronis, infeksi kulit dan struktur kulit (IKSK) dengan komplikasi, ISK dengan komplikasi, pielonefritis akut
  • Efek samping yang mungkin terjadi: Diare, mual, vaginitis, kembung, pruritus, ruam, nyeri perut, moniliasis genital, pusing, dispepsia, insomnia

Cravit

Contoh obat: Cravit 500 mg Tablet (Rp 92.095/Tablet)

Resistensi antibiotik

Resistensi antibiotik adalah masalah besar apabila Anda mengonsumsi antibiotik saat sedang tidak membutuhkannya, itu berarti antibiotik tersebut tidak akan bekerja secara optimal di masa depan. Penggunaan antibiotik dengan baik dan benar adalah kunci untuk mengendalikan penyebaran resistensi.

Resistensi antibiotik dipercepat oleh penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang berlebihan, serta pencegahan dan pengendalian infeksi yang buruk. Langkah-langkah dapat diambil di semua lapisan masyarakat untuk mengurangi dampak dan membatasi penyebaran resistensi, yaitu:

  • Cegah infeksi dengan memastikan tangan, instrumen dan lingkungan bersih
  • Gunakan antibiotik hanya jika diresepkan oleh dokter
  • Jangan pernah meminta antibiotik jika dokter atau apoteker mengatakan Anda tidak membutuhkannya
  • Selalu ikuti saran dokter atau apoteker saat menggunakan antibiotik
  • Jangan pernah berbagi atau menggunakan antibiotik bersama dengan orang lain
  • Apabila ragu tentang antibiotik yang diminum, Anda bisa konsultasikan dengan apoteker mengenai segala informasi yang meliputi dosis yang harus dikonsumsi, cara minum obat, aturan minum obat, kemungkinan efek samping, cara menyimpan obat serta cara membuang obatnya

Begitu banyak jenis dan golongan antibiotik yang sering digunakan untuk menangani infeksi tertentu. Ketika berbicara tentang antibiotik, ikuti saran dokter atau apoteker apakah Anda membutuhkannya atau tidak. Selalu tanyakan kepada dokter atau apoteker tentang informasi antibiotik yang Anda gunakan. 

Agar lebih mudah, praktis dan juga tepat, pastikan kesehatan tubuh tetap terjaga dengan membeli obat secara mudah dan praktis melalui apotik online HDmall. HDmall memberikan gratis ongkir ke seluruh Indonesia dengan maksimal biaya kirim Rp30.000. Gratis konsultasi via Whatsapp dengan apoteker kami.

Referensi

Buka

Tutup

  • WebMD. What Are Antibiotics? (https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-are-antibiotics)
  • WHO. Antibiotic resistance. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance)
  • NHS. Antibiotic resistance-Antibiotics. (https://www.nhs.uk/conditions/antibiotics/antibiotic-antimicrobial-resistance/)
  • NHS. Overview-Antibiotic. (https://www.nhs.uk/conditions/antibiotics/)
  • Kemenkes RI. Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik. (https://farmalkes.kemkes.go.id/unduh/buku-pedoman-penggunaan-antibiotik/)
  • Kemenkes RI. Pedoman Pengelolaan Obat Rusak dan Kedaluwarsa di Fasyankes dan Rumah Tangga. (https://farmalkes.kemkes.go.id/2021/09/pedoman-pengelolaan-obat-rusak-dan-kedaluwarsa-di-fasyankes-dan-rumah-tangga/)
  • FDA. Antibiotics and Antibiotic Resistance | FDA. (https://www.fda.gov/drugs/buying-using-medicine-safely/antibiotics-and-antibiotic-resistance)
  • Medline Plus. Antibiotics. (https://medlineplus.gov/antibiotics.html)
  • E Medicine Health. Antibiotic. (https://www.emedicinehealth.com/antibiotics/article_em.htm)
  • NIH. Antibiotics. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535443/)