Cara Memilih Obat Darah Tinggi yang Tepat dan Berkhasiat



Ringkasan

Buka

Tutup

  • Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya 140/90 mmHg atau lebih.
  • Sebagai langkah awal, dokter biasanya akan meresepkan obat diuretik, ACE inhibitor, ARB, calcium channel blockers, beta blockers, atau renin inhibitor - sesuai keluhan pasien.
  • Kalau obat lain tidak berhasil menurunkan tekanan darah, dokter dapat meresepkan obat golongan alpha blockers, alpha-beta blockers, central-acting agents, vasodilator, atau aldosterone antagonist.
  • Klik untuk membeli obat hipertensi dari rumah kamu melalui HDmall. Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD.
  • Gunakan fitur chat untuk berkonsultasi dengan apoteker kami secara gratis seputar obat dan pemeriksaan kesehatan yang kamu butuhkan.

Hipertensi bukan sekadar masalah tekanan darah tinggi. Bukan cuma menyebabkan sakit kepala, darah tinggi yang dibiarkan terus-menerus bisa menyebabkan masalah serius seperti serangan jantung, gagal jantung, penyakit ginjal, sampai stroke. Itulah kenapa mendeteksi dan mengatasi darah tinggi sejak awal sangat penting untuk mencegah risiko tersebut.

Obat apa saja yang bisa menurunkan darah tinggi?

Kalau tekanan darah kamu ternyata melebihi 140/90 mmHg, perubahan gaya hidup sehat menjadi hal yang utama. Kamu perlu mulai menghindari makanan asin atau tinggi garam, rajin olahraga, hingga mengendalikan berat badan supaya tekanan darah tetap terkendali. 

Kalau itu sudah dilakukan tapi tidak membantu, artinya kamu perlu mengonsumsi obat darah tinggi. Biasanya, obat-obatan yang akan diresepkan adalah sebagai berikut:

1. Obat diuretik

Berfungsi untuk menghilangkan kelebihan air atau garam supaya tekanan darah ikut turun. Obat yang terdiri dari chlorothiazide, spironolactone (Aldactone), dan furosemide (Lasix) ini cocok untuk mengatasi hipertensi ringan.

2. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors

Berfungsi untuk menurunkan produksi angiotensin sehingga pembuluh darah jadi lebih lebar. Obat darah tinggi ini cocok untuk pasien yang usianya masih muda atau pasien diabetes yang tergantung pada insulin dengan nefropati.

Contoh obat golongan ACE inhibitors adalah captopril, enalapril, lisinopril, dan ramipril.

3. Angiotensin II receptor blockers (ARB)s

Kalau obat ACE inhibitor tidak memberikan respon yang baik dalam tubuh, dokter biasanya akan meresepkan obat angiotensin II receptor blockers. Mudahnya, obat yang tergolong ARB diakhiri dengan kata ‘sartan’. Salah satu contohnya adalah candesartan.

4. Calcium channel blockers

Khusus untuk hipertensi ringan hingga sedang dan lansia yang mengalami hipertensi sistolik, dokter biasanya akan meresepkan obat golongan calcium channel blocker. 

Obat ini bekerja dengan mencegah kalsium memasuki sel-sel jantung dan arteri, sehingga tekanan darah lebih terkendali. Contoh obatnya adalah amlodipine, diltiazem, dan nifedipine.

5. Beta blockers

Obat darah tinggi golongan beta blockers - seperti atenolol (Tenormin), propanolol, dan nebivolol (Nebilet) - diberikan untuk pasien hipertensi pada infark miokard. Berkat obat ini, pompa jantung akan menjadi lebih rileks sehingga tekanan darah ikut menurun.

6. Renin inhibitor

Obat hipertensi golongan renin inhibitor bisa digunakan untuk semua umur, termasuk pasien usia lanjut. Salah satunya aliskiren dengan merek obat Rasilez, bekerja dengan memecah enzim renin yang memicu tekanan darah tinggi.

Bagaimana kalau tekanan darah tinggi tak kunjung turun?

Sudah pernah diberikan obat-obatan di atas, tetapi tekanan darah tak juga normal? Tenang, dokter biasanya akan meresepkan obat darah tinggi lainnya seperti:

1. Alpha blockers

Jika obat lain tidak berhasil menurunkan tekanan darah, dokter mungkin akan meresepkan alpha blocker untuk mengendurkan otot-otot pembuluh darah. Contohnya terazosin hydrochloride.

2. Alpha-beta blockers

Bagi pasien hipertensi yang berisiko tinggi terkena gagal jantung, obat ini sangat cocok. Sebab, obat darah tinggi golongan alpha-beta blockers - contohnya carvedilol - mampu menurunkan laju detak jantung dan tensi darah.

3. Central-acting agents

Kamu mengalami darah tinggi saat sedang hamil? Dokter biasanya akan meresepkan obat dari golongan central-acting agents seperti clonidine dengan merek Catapres atau Dopamet yang mengandung methyldopa. Obat ini mampu merilekskan jantung sehingga darah lebih mudah mengalir di pembuluh darah.

4. Vasodilator

Orang yang hipertensinya sudah berat dan tidak mempan dengan obat-obatan lain, biasanya akan diresepkan vasodilator untuk melebarkan otot-otot pembuluh darah. Contohnya hydralazine.

5. Aldosterone antagonist

Tekanan darah tiba-tiba meningkat tapi penyebabnya belum diketahui? Bisa jadi kamu mengalami hipertensi esensial. Jenis hipertensi ini dapat diatasi dengan obat darah tinggi golongan aldosterone antagonist, contohnya spironolactone.

Konsultasikan pengobatanmu!

Pengobatan darah tinggi tentu tidak boleh sembarangan, apalagi jenis obatnya bermacam-macam sehingga harus berhati-hati. Sebelum memutuskan menggunakan obat yang mana, kamu sangat disarankan berkonsultasi dengan dokter.

Kabar baiknya, kamu bisa mendapatkan obat darah tinggi di HDmall. Kamu juga dapat berkonsultasi secara gratis dengan apoteker kami seputar obat darah tinggi, dari jenis, dosis, efek samping, dan kontraindikasi obatnya.

Referensi

Buka

Tutup

  • Mayo Clinic. Choosing blood pressure medication. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/in-depth/high-blood-pressure-medication/art-20046280). 31 Desember 2019.
  • Healthline. A List of Blood Pressure Medications. (https://www.healthline.com/health/high-blood-pressure-hypertension-medication). 7 April 2020.
  • RxList. High Blood Pressure (Hypertension) Medications. (https://www.rxlist.com/high_blood_pressure_hypertension_medications/drug-class.htm).